Banjir Kepung Aceh Dan Sebagian Besar Sumatra Inul Daratista Semprot Politisi Yang Cuma Numpang Foto

Banjir Kepung Aceh Dan Sebagian Besar Sumatra Inul Daratista Semprot Politisi Yang Cuma Numpang Foto

Silapmata.com – Hujan yang mestinya membawa kesejukan justru berubah menjadi mimpi buruk ketika langit Aceh dan sebagian besar wilayah Sumatra seakan menumpahkan seluruh amarahnya tanpa jeda. Dalam hitungan jam, aliran sungai yang biasanya tenang berubah menjadi gelombang besar yang merangsek masuk ke permukiman, menyapu rumah-rumah kayu, merendam sawah yang baru ditanam, hingga menenggelamkan harapan warga yang tak pernah menyangka bencana sebesar ini kembali datang. Di banyak tempat, warga terbangun oleh bunyi genting yang pecah di terjang arus, suara barang-barang yang terhempas, dan jeritan tetangga yang panik menyelamatkan diri. Seakan seluruh daratan kehilangan pijakan, keadaan menjadi penuh ketidakpastian.

Namun di balik kekacauan itu, muncul gelombang emosi lain yang tak kalah deras: kemarahan, kekecewaan, dan rasa frustasi yang memuncak karena lambannya respons sebagian pihak yang seharusnya jadi pelindung rakyat. Ketika warga masih menunggu makanan, selimut, obat-obatan, dan tempat aman untuk sekadar menenangkan anak-anak yang ketakutan, beberapa politisi justru hadir layaknya bintang tamu dalam konser darurat datang sebentar, tersenyum ke kamera, lalu pergi tanpa jejak kontribusi nyata. Fenomena yang sudah lama membuat masyarakat geram ini akhirnya meledak ketika penyanyi dangdut populer, Inul Daratista, dengan lantang menyuarakan kekecewaan publik melalui kritik tajamnya di media sosial.

Gelombang Banjir Besar yang Mengguncang Aceh dan Sumatra

Tak ada yang lebih memilukan daripada menyaksikan ribuan rumah terseret arus ketika hujan tak kunjung berhenti. Bencana banjir yang kembali melanda Aceh dan sebagian besar wilayah Sumatra pekan ini seakan menjadi pengingat keras bahwa persoalan lingkungan dan tata ruang kini berada di titik kritis. Air bah yang datang sejak dini hari bukan hanya menenggelamkan permukiman, tetapi juga memutus akses jalan utama serta memaksa warga mengungsi dengan barang seadanya.

Di beberapa kabupaten, ketinggian air mencapai dua meter dan merendam sentra ekonomi warga, mulai dari pasar tradisional hingga area pertanian. Curah hujan ekstrem yang berlangsung berhari-hari membuat sungai-sungai meluap tanpa bisa di kendalikan. Pemerintah daerah telah menetapkan status tanggap darurat, sementara tim SAR dan relawan berjibaku mengevakuasi warga yang terperangkap. Di balik kekacauan itu, masyarakat masih menaruh harapan bahwa bantuan akan mengalir cepat dan tepat sasaran.

Derita Warga dan Tantangan Penanganan Bencana

Di tengah kepanikan, suara tangis anak-anak dan teriakan minta tolong menjadi latar belakang memilukan dari bencana ini. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal mendadak harus tinggal di tenda pengungsian yang penuh sesak. Minimnya pasokan makanan, selimut, dan obat-obatan memperburuk kondisi para pengungsi, terutama lansia dan balita. Bahkan, beberapa warga mengaku belum menerima bantuan apa pun selama dua hari pertama banjir melanda.

Sementara itu, sejumlah wilayah terisolasi karena jembatan ambruk dan jalan terputus diterjang arus. Kondisi ini membuat distribusi logistik berjalan lambat, sehingga beberapa desa terpaksa bertahan dengan persediaan yang semakin menipis. Para relawan di lapangan melaporkan bahwa banjir kali ini adalah salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Tantangan terbesarnya bukan hanya air yang tinggi, tetapi juga koordinasi antarlembaga yang masih sering terkendala birokrasi.

Inul Daratista Suara Lantang dari Dunia Hiburan

Ketika situasi sedang genting, muncul suara lantang dari penyanyi dangdut terkenal Inul Daratista yang menyoroti perilaku sejumlah politisi. Dalam sebuah unggahan di media sosialnya yang langsung menarik perhatian publik, Inul menyemprot politisi yang dinilainya hanya datang ke lokasi banjir untuk “numpang foto” tanpa memberi kontribusi nyata. Ia menegaskan bahwa masyarakat membutuhkan tindakan cepat, bukan pencitraan atau sekadar kehadiran formalitas.

Menurut Inul, banyak warga Aceh dan Sumatra tengah berjuang mempertahankan hidup. Sementara beberapa tokoh publik justru memanfaatkan momen bencana untuk kepentingan pribadi. Sindirannya yang keras itu mendapat dukungan luas dari netizen, yang sebagian besar merasa lelah dengan fenomena “touring bencana” yang rutin terjadi setiap kali musibah datang. Ungkapan Inul bukan hanya kritik, tetapi juga seruan agar penanganan bencana dilakukan lebih tulus dan transparan.

Seruan Aksi Nyata dan Harapan Warga

Di tengah kritik terhadap politisi, masyarakat tetap berharap pada sinergi antara pemerintah, relawan, dan publik agar proses pemulihan berjalan cepat. Warga menanti langkah konkret seperti pembersihan puing, perbaikan infrastruktur dasar, dan penyediaan hunian sementara yang layak. Banyak yang percaya bahwa kerja sama yang kuat bukan hanya kunjungan simbolik akan mempercepat pemulihan daerah terdampak banjir.

Selain itu, bencana besar ini membuka kembali diskusi tentang pentingnya mitigasi jangka panjang. Rehabilitasi hutan, normalisasi sungai, hingga penataan permukiman dekat aliran air menjadi topik yang mendesak. Warga berharap tragedi ini menjadi momentum perbaikan, bukan sekadar headline musiman. Jika semua pihak bergerak bersama, Aceh dan Sumatra bukan hanya akan bangkit, tetapi juga lebih kuat menghadapi bencana berikutnya.